Saya mencoba memberikan arti dari istilah-istilah
tersebut:
- Cluster computing. Adalah sekumpulan komputer yang terhubung dalam suatu jaringan komputer yang digunakan untuk mengerjakan suatu persoalan komputasi secara paralel dengan data yang sama. Umumnya berada pada satu jaringan komputer tersendiri, dan setiap komputer saling mempercayai komputer lainnya. Penggunanya menggunakan seluruh sumberdaya yang dimilikinya dan diharapkan dapat membuat semua komputer bekerja sesibuk mungkin. (Banyak komputer, satu jaringan, pengamanan minimal, penggunaan maksimal)
- Grid Computing. Adalah sekumpulan komputer (bisa juga sekumpulan komputer cluster) yang terhubung satu dengan lainnya melalui internet atau jaringan yang lebih luas. Umumnya berada pada beberapa jaringan sendiri, dan tiap komputer (cluster) memiliki metode pengamanan sendiri (certificate), yang harus dimiliki oleh komputer (cluster) lainnya untuk dapat berinteraksi. Penggunanya menggunakan seluruh sumberdaya yang dimilikinya dan diharapkan dapat membuat semua komputer bekerja sesibuk mungkin. (Banyak komputer, banyak jaringan/Internet, pengamanan maksimal, penggunaan maksimal)
- Cloud Computing. Adalah sekumpulan kompter (bisa juga sekumpulan komputer cluster) yang terhubung satu dengan lainnya melalui internet atau suatu jaringan komputer. Umumnya berada pada satu jaringan sendiri, dan tiap kompter mempercayai komputer lainnya. Pengguna menggunakan sebagian dari sumberdaya yang dimilikinya dan diharapkan untuk tidak sampai membuat semua komputer bekerja dengan sibuk. (Banyak komputer, satu jaringan, pengamanan minimal, penggunaan minimal)
APA ITU CLUSTER
COMPUTING?
Cluster Computing adalah adalah sekumpulan komputer (umumnya server
jaringan)independen yang beroperasi dan terlihat oleh klien jaringan
seolah-olah komputer-komputer tersebut adalah satu buah unit komputer. Proses
menghubungkan beberapa komputer agar dapat bekerja seperti itu dinamakan dengan
Clustering.
KENAPA DIBUTUHKAN CLUSTERING SYSTEM?
KENAPA DIBUTUHKAN CLUSTERING SYSTEM?
1.High Availability => Jika
ada salah satu server yg down maka system tidak mati krn ada server lain yang
melakukan TakeOver system sehingga System Always Ready.
2. Load balancing (penyerataan
beban),yang dapat mendistribusikan beban server ke semua server anggota
cluster. Dengan begitu, kinerja dan skalabilitas server pun menjadi relatif
lebih baik.
3. Scalability => Biaya pembelian
hardware Server bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran kita.
4. Simple for Manage Server => lebih
mudah menangani 1 System atau 1 Database yang di topang oleh kekuatan 100
server daripada me-manage 100 Server dengan Database / System yang berbeda2.
5.
Simple Upgrade & Extend Server => kemudahan dalam pengembangan server
dikemudian hari.---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Grid
Computing
Komputasi Grid adalah penggunaan sumber daya
yang melibatkan banyak komputer yang terdistribusi dan terpisah secara
geografis untuk memecahkan persoalan komputasi dalam skala besar.
Grid computing merupakan cabang dari
distributed computing.Grid komputer memiliki perbedaan yang lebih menonjol dan
di terapakan pada sisi infrastruktur dari penyelesaian suatu proses. Grid
computing adalah suatu bentuk cluster (gabungan) komputer-komputer yang
cenderung tak terikat batasan geografi. Di sisi lain, cluster selalu
diimplementasikan dalam satu tempat dengan menggabungkan banyak komputer lewat
jaringan.
Contoh grid computing misalnya: SETI@Home
Contoh grid computing misalnya: SETI@Home
Grid computing sebenarnya merupakan
sebuah aplikasi pengembangan dari jaringan komputer (network). Hanya saja,
tidak seperti jaringan komputer konvensional yang berfokus pada komunikasi
antar pirati (device), aplikasi pada Grid computing dirancang untuk
memanfaatkan sumber daya pada terminal dalam jaringannya. Grid computing
biasanya diterapkan untuk
menjalankan sebuah fungsi yang terlalu kompleks atau terlalu intensif untuk dikerjakan oleh satu sistem tunggal. Dalam pengertian yang lebih teknis, Grid computing merupakan sebuah sistem komputasi terdistribusi, yang memungkinkan seluruh sumber daya (resource) dalam jaringan, seperti pemrosesan, bandwidth jaringan, dan kapasitas media penyimpan, membentuk sebuah sistem tunggal secara vitual. Seperti halnya pengguna internet yang mengakses berbagai situs web dan menggunakan berbagai protokol seakan-akan dalam sebuah sistem yang berdiri sendiri, maka pengguna aplikasi Grid computing seolah-olah akan menggunakan sebuah virtual komputer dengan kapasitas pemrosesan data yang sangat besar.
menjalankan sebuah fungsi yang terlalu kompleks atau terlalu intensif untuk dikerjakan oleh satu sistem tunggal. Dalam pengertian yang lebih teknis, Grid computing merupakan sebuah sistem komputasi terdistribusi, yang memungkinkan seluruh sumber daya (resource) dalam jaringan, seperti pemrosesan, bandwidth jaringan, dan kapasitas media penyimpan, membentuk sebuah sistem tunggal secara vitual. Seperti halnya pengguna internet yang mengakses berbagai situs web dan menggunakan berbagai protokol seakan-akan dalam sebuah sistem yang berdiri sendiri, maka pengguna aplikasi Grid computing seolah-olah akan menggunakan sebuah virtual komputer dengan kapasitas pemrosesan data yang sangat besar.
Konsep Grid computing pertama kali
dieksplorasi pada tahun 1995 melalui eksperimen yang dikenal sebagai I-WAY,
dimana jaringan berkecepatan tinggi digunakan untuk menghubungkan dalam waktu
singkat, suber daya yang sifatnya high-end pada 17 situs di sepanjang Amerika
bagian Utara. Selepas aktifitas ini, berkembang pula sejumlah proyek penelitian
yang bertujuan untuk mengembangkan teknologi inti Grid computing untuk hal-hal
yang lebih “produktif” bagi berbagai komunitas dan disiplin keilmuan. Tidak
kurang dari badan bernama National Technology Grid bentukan US National Science
Foundation (Lembaga Ilmu Pengetahuan AS), yang bekerjasama dengan Information
Power Grid dari NASA (badan luar angkasa Amerika Serikat), bersama-sama
membentuk sebuah infrastruktur Grid computing untuk melayani kegiatan para
peneliti di NASA maupun berbagai universitas di Amerika Serikat.
Komputasi grid vs komputasi paralel,
yaitu :
- komputasi paralel bersifat homogen (seluruh resource yang digunakan serupa) sedangkan komputasi grid bisa bersifat heterogen (berasal dari bermacam-macaam resource yang berbeda) ataupun homogen.
- komputasi paralel hanya terdiri dari satu cluster, sedangkan komputasi grid bisa terdiri dari beberapa cluster
- pembagian job execution dalam koputasi paralel harus sama besar antar tiap resource, sedangkan pada komputasi grid tidak harus sama.
Secara umum bisa disimpulkan, bahwa
komputasi paralel, merupakan bagian dari komputasi grid.
Secara umum, Ian Foster dalam jurnalnya
tentang “What is grid ?”, menjelaskan ada 3 ciri utama dari suatu sistem grid,
yaitu :
Ian Foster pada tahun 2002 menyampaikan
pengertian dari Grid. Grid adalah suatu sistem yang:
- mengkoordinasi sumber daya (resources) yang tidak tunduk kepada kendali terpusat … (Jika tidak, kita sedang berurusan dengan sistem manajemen lokal)
- mengunakan protokol dan antarmuka (interface) yang bersifat standard, open, dan general-purpose… (Sebaliknya, kita berurusan dengan suatu sistem khusus aplikasi)
- ….untuk menghasilkan kualitas layanan (QoS) yang tidak trivial (tidak sepele). (Ini akan memenuhi tuntutan pengguna yang kompleks, sehingga utilitas dari sistem terkombinasi secara signifikan lebih besar daripada utilitas total dari bagian-bagiannya).
Tiga hal yang di-sharing dalam
sebuah sistem grid, antara lain : Resource, Network dan Proses. Kegunaan /
layanan dari sistem grid sendiri adalah untuk melakukan high throughput
computingdibidang penelitian, ataupun proses komputasi lain yang memerlukan
banyak resource komputer.
Implementasi grid telah dilakukan oleh
sebagian besar negara di dunia, sebagai contoh Hongkong yang telah
merngimplementasikan GRid dengan tujuan sebagai R&D Grid, grid bagi
institusi pemerintahan, dan industri serta grid untuk berhubungan dengan
partner negara lain d lingkungan Cina dan Asia-Pasific.
Sedangkan Indonesia sendiri sudah
memulai riset tentang grid pada tahun 2006 dengan diusulkannya sebuah
infrastruktur GRID tingkat nasional RI-GRID, yaitu infrastruktur komputasi grid
di tingkat negara Republik Indonesia yang bertujuan memanfaatkan sumber daya
komputasi yang berada di institusi-institusi penelitian baik saat ini maupun di
masa akan datang sehingga dapat digunakan oleh para peneliti di negara ini
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hingga saat ini telah
berkembang lagi menjadi InGrid (Inherent Grid) yaitu grid yang
berdiri pada jaringan INHERENT (sistem jaringan antara perguruan tinggi negeri,
swasta di seluruh Indonesia) .
Berikut adalah beberapa konsep dasar
dalam Grid Computing:
- Sumber daya dikelola dan dikendalikan secara lokal.
- Sumber daya berbeda dapat mempunyai kebijakan dan mekanisme berbeda, mencakup Sumber daya komputasi dikelola oleh sistem batch berbeda, Sistem storage berbeda pada node berbeda, Kebijakan berbeda dipercayakan kepada user yang sama pada sumber daya berbeda pada Grid.
- Sifat alami dinamis: Sumber daya dan pengguna dapat sering berubah
- Lingkungan kolaboratif bagi e-community (komunitas elektronik, di internet)
Secara umum, elemen-elemen dari
infrastruktur Grid adalah
- Hardware/Sumber daya (Dibuat tersedia dari site-site berbeda yang terdistribusi secara geografis, mencakup CPU/Storage/Instruments, dll…)
- Software: Sesuatu yang menghubungkan bersama-sama semua sumber daya ini: middleware. Beberapa aplikasi untuk menggunakan sumber daya komputasi yang dibuat tersedia
- Orang-orang: Siapa yang memelihara Grid, dan Siapa yang menggunakan Grid
Middleware adalah lapisan atau layer
perangkat lunak (software) yang terletak antara sistem operasi dan aplikasi.
Elemen-elemen dasar dari Middleware ini adalah
- Keamanan (security)
- Pengelolaan sumber daya (resource management)
- Pengelolaan data (data management)
- Layanan informasi (information services)
Solusi bagi middleware yang telah tersedia,
di antaranya adalah
- Globus Toolkit (Argonne+ISI)
- LCG/Glite (dari proyek Uni Eropa)
- Gridbus (Melbourne, Australia)
- Unicore… (Jerman)
- Dan masih banyak lainnya…
Secara generik, keuntungan dasar dari
penerapan komputasi Grid adalah:
- Perkalian dari sumber daya: Resource pool dari CPU dan storage tersedia ketika idle
- Lebih cepat dan lebih besar: Komputasi simulasi dan penyelesaian masalah apat berjalan lebih cepat dan mencakup domain yang lebih luas
- Software dan aplikasi: Pool dari aplikasi dan pustaka standard, Akses terhadap model dan perangkat berbeda, Metodologi penelitian yang lebih baik
- Data: Akses terhadap sumber data global, dan Hasil penelitian lebih baik
Ukuran dan/atau kompleksitas dari
masalah mengharuskan orang-orang dalam beberapa organisasi berkolaborasi dan
berbagi (share) sumber daya komputasi, data dan instrumen sehingga terwujud
bentuk organisasi baru, VIRTUAL ORGANIZATION.
Organisasi virtual, sebagai hasil
kolaborasi, memberikan beberapa keuntungan lebih lanjut, di antarnya:
- Sumber daya dan orang-orang yang tersebar
- Dihubungkan oleh jaringan, melintasi domain-domain admin
- Berbagi sumber daya, tujuan bersama
- Dinamis
- Fault-tolerant
- Tidak ada batas-batas geografis: Tidak ada masalah VISA karena tidak diperlukan perjalanan orang
Sampai saat ini dan diperkirakan
berlaku dalam beberapa tahun ke depan, ada kecenderungan besar komputasi Grid
digunakan untuk :
- Jaringan penelitian publik….bagi para peneliti dan ilmuwan, EGEE, GEANT, dll
- Keterlibatan lebih banyak dari institusi keuangan (Bank, dll). Aplikasi keuangan yang lebih baru saat ini ditulis untuk GRID aware atau dapat digunakan pada Grid
- Tidak lagi hanya komputasional tetapi sekarang juga layanan (service)
- Service Oriented Architecture (SOA). Enkapsulasi dari sekumpulan aplikasi atau layanan sebagai suatu antarmuka tunggal yang dapat dionfigurasi ulang berdasarkan pada kebutuhan end-user. Standard bagi manajemen data.
- Komputasi Awan (cloud computing). Kemampuan untuk men-deploy atau men-deliver layanan/sumber daya seperti dibutuhkan.
Pada waktu yang akan datang, para
peneliti memperkirakan komputasi Grid semakin dibutuhkan seiring dengan
kemajuan teknologi jaringan komputer dan telekomunikasi serta tuntutan dari
pengguna, yaitu:
- Ke arah aplikasi tersebar yang berinterakses satu sama lain dan menawarkan integrasi dinamis satu dengan lainnya.
- Segala suatu dari sistem operasi ke delivery on demand aplikasi software atau service, dimana dan kapan end-user memerlukannya. Tidak perlu instal, update…
- Jaringan adalah komputer…Desktop anda adalah sebagaimana anda inginkan, dimana dan kapan anda menginginkannya.
Dari gambaran sekilas di atas, serta
melihat kondisi di negara kita, komputasi Grid dapat digunakan untuk
tersedianya akses internet atau berbagi pakai sumber daya komputasi dalam negeri
secara efektif dan efisien. Berikut beberapa alasanya:
- Setiap orang melalui jaringan Grid dapat berpartisipasi sebagai pattner aktif dalam proses pengembangan dan memajukan penelitian dan/atau teknologi.
- Penggunaan teknologi Grid menawarkan kesempatan besar bagi peneliti dan ilmuwan, memilih fitur-fitur khusus dari komputasi Grid yang paling memenuhi kebutuhannya, dan juga menentukan bagaimana diimplementasikan.
- Bagi banyak negara ketiga, sering terjadi lack dari jaringan, karena itu situs-situs perlu untuk diinterkoneksikan.
- Bandwitdh dapat menjadi faktor yang membatasi. Grid merupakan network demanding infrastructure. Namun ada aplikasi-aplikasi yang tidak memerlukan bandwidth besar, situs peripheral (hanya node pengguna) dapat berjalan baik dengan bandwidth terbatas (~1 Mb), Grid kampus atau metropolian yang terisolasi dapat menjadi pilihan.
Di Eropa dan Amerika Serikat, European
Data Grid, Particle Physics Data Grid, dan proyek Grid Physics Network
(GriPhyN), berencana untuk membangun kerjasama dalam pengembangan aplikasi Grid
computing untuk kepentingan analisis data pada eksperimen-eksperimen fisika.
Sementara itu, the Network for Earthquake Engineering Simulation Grid
(NEESgrid) tengah berancang-ancang untuk menghubungkan para insinyur sipil
dengan arsip data dan sistem simulasi komputer untuk mengembangkan bangunan
dengan kekuatan yang lebih besar.
Seperti halnya aplikasi network
lainnya, Grid computing haruslah bersandar pada satu set standar dan protokol
tertentu. Kendati tidak ada standar formal yang telah ditetapkan untuk aplikasi
Grid computing (saat ini sedang disiapkan oleh Grid Forum), telah ada semacam
konsensus dalam teknologi intinya. Pada dasarnya, semua proyek Grid computing
dibuat berdasarkan protokol dan servis yang disediakan oleh Globus Toolkit yang
dikembangkan oleh Argonne National Laboratory bekerjasama dengan tim dari
Information Sciences Institute, University of Southern California dan beberapa
institusi lainnya. Infrastruktur yang memiliki arsitektur terbuka
(open-architecture) dan bersifat open-source ini menyediakan banyak fungsi
dasar yang dibutuhkan untuk membangun sebuah aplikasi yang memanfaatkan Grid
computing.
Walaupun internet dan Grid computing
adalah teknologi yang relatif baru, namun telah terbukti bermanfaat, dan masa
depan teknologi ini kelihatannya cukup menjanjikan. Di masa depan, saat
teknologi, sistem jaringan, dan model bisnis untuk keperluan ini telah
berkembang, dimungkinkan bagi komunitas ilmuwan untuk membentuk semacam
“Science Grids”, yang menghubungkan sumber daya yang berbeda untuk mendukung
komunikasi, akses data dan komputasi untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Saat
itu, penggunaan superkomputer untuk keperluan analisis data dengan kompleksitas
tinggi bisa digantikan oleh sejumlah besar workstation yang tersebar di seluruh
dunia yang bekerja secara bersamaan dalam Grid computing.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apa sebenarnya Cloud Computing?
Cloud
Computing adalah suatu istilah yang banyak digunakan oleh Industi IT yang
memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Namun pada intinya Cloud
Computing adalah suatu pergeseran dari perusahaan dalam membeli dan memelihara
server dan aplikasi on-premise yang mahal, dan bergerak menuju metode
penyewaan IT, sesuai dengan kebutuhan, dari satu penyedia layanan publik.
Cloud
Computing adalah suatu istilah yang banyak digunakan oleh Industi IT
yang memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Namun pada intinya cloud computing adalah suatu
pergeseran dari perusahaan dalam membeli dan memelihara server dan
aplikasi on-premise yang
mahal, dan bergerak menuju metode penyewaan IT, sesuai dengan kebutuhan, dari
penyedia layanan public cloud.
Hanya
dalam beberapa tahun terakhir hal ini telah menjadi layak dan masuk akal bagi
perusahaan untuk memindahkan teknologi mereka ke sebuah pusat data yang
dikelola secara profesional oleh pihak luar. Perubahan ini telah didorong oleh
mulai tersedianya Internet berkecepatan tinggi yang tidak hanya tersedia di
kantor Anda, tetapi juga di rumah, di warung kopi dan di mana saja anda dapat
melakukan penerimaan sinyal telepon seluler. Kenyataan ini telah memungkinkan
terjadinya konsolidasi yang revolusioner.
Alasan
ekonomi yang menjadi pendorong di belakang konsolidasi ini adalah penghematan
biaya yang signifikan dan pengurangan risiko yang diterima oleh perusahaan
ketika mereka memusatkan sumber daya teknologi mereka di sebuah pusat data yang
dikelola secara profesional oleh pihak luar. Penyedia layanan publik dapat
mengimplementasikan keamanan industri yang paling canggih dan proses
ketersediaan yang tinggi serta menawarkan pemantauan dan pemeliharaan server
24x7.
Biaya
teknologi yang lebih rendah karena penyedia layanan public dapat berbagi sumber
daya teknologi dan melakukan pembelian perangkat keras dan perangkat lunak
dalam jumlah besar untuk Anda. Saat ini, dengan biaya lebih murah perusahaan
dapat mendapatkan perangkat lunak terbaru maupun ketersediaan sistem yang
tinggi yang dulunya hanya bisa dijangkau oleh perusahaan besar.
Bagaimana cara mengadopsi Cloud Computing?
Ada dua
pendekatan umum untuk mengadopsi Cloud Computing; pendekatan tradisional dengan
melakukan pengembangan dari waktu ke waktu, atau pendekatan langsung dengan
migrasi langsung dari sistem yang berjalan di public cloud.
Dimulai dengan pendekatan tradisional ...
Pendekatan
tradisional adalah pendekatan di mana anda melakukan transformasi secara
bertahap, dengan setiap tahap adalah pengembangan dari tahap sebelumnya.
Langkah pertama adalah mengadopsi teknologi virtualisasi server (VMware,
Hyper-V dll) dan menggunakannya di seluruh platform perangkat keras yang dibeli
dengan spesifikasi khusus; langkah berikutnya adalah mengadopsi layer manajemen
dan otomatisasi yang memungkinkan anda untuk meningkatkan pemanfaatan investasi
dari infrastruktur dan mulai memberikan layanan yang lebih konsisten;
selanjutnya mengadopsi kerangka IT Service Management yang baru, mengotomatisasi
permintaan layanan dan proses provisioning, dan menerapkan sebuah
mekanisme tagihan internal (chargeback);
kemudian setelah platform berjalan dengan stabil, mulailah menggunakan layanan
dari provider luar dan melakukan penggabungan platform internal dan eksternal
menjadi satu platform (hybrid
cloud); akhirnya, ketika tiba saat membuat keputusan bisnis yang
tak terelakkan untuk menggunakan layanan IT dari pihak luar, penggunaan sumber
daya internal akan dihapuskan karena semua layanan bisa didapatkan dari
penyedia layanan public cloud.
Umumnya
pendekatan tradisional ini dianggap sebagai pendekatan dengan memilki tingkat
risiko lebih rendah dalam mengadopsi cloud,
namun pendekatan ini umumnya akan menemui resistensi terbesar dari tim IT yang
berusaha menolak perubahan. Selain itu ada risiko lain yang muncul apabila
pembelian terjadi perangkat keras yang tidak tepat akibat usaha untuk
meminimalkan risiko keuangan melalui "memulai
kecil" dan pengembangan saat bisnis mulai berkembang; tetapi
kemudian terbebani oleh investasi yang tidak dapat dihilangkan dan harus
dipertahankan dengan beban yang disesuaikan dengan kapasitasnya.
Sekarang, pendekatan langsung ...
Dalam
pendekatan ini, seluruh investasi awal (CapEx) dihindari, dan sebaliknya,
aplikasi internal/server tradisional yang ada dipindahkan langsung ke penyedia
layanan public cloud
dengan sistem sewa (OpEx). Sebagai langkah awal, seluruh aplikasi yang ada
dicoba untuk dipindahkan ke layanan Software
as a Service (SaaS) yang memiliki fitur yang sama, tapi jika tidak
memungkinkan, seluruh server fisik beserta isinya disalin dan dipindahkan ke
dalam lingkungan Infrastructure
as a Service (IaaS) tanpa memberikan dampak kepada pengguna/user
(umumnya bahkan mereka tidak akan sadar bahwa server telah berpindah).
Pendekatan
langsung ini memiliki keuntungan yang cukup banyak, terutama meminimalkan
investasi yang cukup besar di awal, juga memiliki beberapa kelemahan,
dibutuhkan penerapan segera tagihan internal/penggantian biaya, dan memiliki
strategi pendanaan IT yang dapat mengakomodasi perubahan dalam biaya
operasional.
Walaupun
ada anggapan bahwa pendekatan tradisional saat ini dianggap memiliki risiko
terendah, namun sebenarnya pendekatan langsunglah yang memiliki risiko
terendah; ini dikarenakan adanya dua sistem yang berjalan secara aralel; sistem
lama tetap beroperasi pada platform internal, dan sistem baru yang berjalan
pada platform public cloud
hingga saat yang tepat setelah dilakukan pengujian dan kemudian melakukan
pemadaman platform internal.
IndonesianCloud
menyadari bahwa memulai transformasi ke cloud
dapat menjadi sesuatu hal yang membingungkan bagi banyak perusahaan, untuk itu,
untuk membantu mengenali hal-hal yang dibutuhkan, dan menentukan jalur mana
yang harus ditempuh, kami menawarkan serangkaian layanan konsultasi khusus yang
ditargetkan untuk menganalisa beban kerja internal dan menentukan profil risiko
serta kesesuaian dalam memilih platform berbasis cloud.
Anda
dapat melakukan survei "Cloud
readiness" yang sederhana (layanan dari VMware) dengan mengikuti
link berikut: http://getcloudready.vmware.com/crsa/
Gambar
di bawah adalah representasi grafis dari dua jalur yang berbeda dalam
mengadopsi cloud computing;
Rute 1 adalah pendekatan tradisional (jalur biasa), dan Rute 2 merupakan rute
langsung (bebas hambatan) menuju public
cloud.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar